Minggu, 17 Juli 2011

Kena Mata Ikan, Coba Diplester Aja!

Kena Mata Ikan, Coba Diplester Aja!

plester-mata-ikan2Penyakit paling menyebalkan yang saya derita akhirnya hilang:) Kata orang, penyakit ini sangat tidak bergengsi. Namanya aja mata ikan (dalam bahasa jawa namanya bubulen). Orang mengidentikan penyakit ini sebagai penyakit yang sering diderita para pekerja kasar.
Tidak tanggung-tanggung, saya punya dua mata ikan, satu di telapak kaki kiri, dan satu lagi di kaki kanan. Rasanya? huah…sangat menyebalkan. Kalau pagi, rasanya sakit, apalagi kalau dipakai buat jalan. Lebih sakit lagi kalau saya ikut main futsal dengan teman kantor. Tiap habis nendang rasanya nyut..nyut. Terpaksa deh, sebelum berfutsal ria, saya sisipin beberapa potong kapas kecantikan. Lumayan, mata ikan tidak langsung kena alas sepatu dan tentu saja mengurangi gesekan yang menyakitan.
Tapi apa harus selalu begitu? Tentu tidak, penyakit ini harus hilang. Salah satu cara adalah dengan operasi di rumah sakit (baca artikel saya tentang mata ikan sebelumnya). Well, operasi ini ternyata cukup berhasil. Kenapa hanya cukup? Ternyata setelah operasi, bekas lubang mata ikan tetap ada dan masih mengeras. Saya khawatir jika mata ikan tumbuh lagi. Habis, biaya operasi saja cukup mahal (rp 200.000), masa mata ikannya tumbuh lagi. Lagipula, masih ada satu mata ikan yang belum dioperasi, yaitu yang ada di kaki kanan saya.
Akhirnya ketika saya berada di Jogja menikmati masa cuti selama tiga hari pada akhir Januari lalu, saya menemukan obat mata ikan yang tidak saya duga sebelumnya. Obat itu berbentuk plester. Mirip plester luka pada umumnya, tetapi plester ini punya obat berwarna merah kecil berbentuk bundar. Nama plester ini saya tidak tahu pasti karena ditulis dengan huruf cina. Satu pak berisi enam plester. Harganya, maaf, saya lupa. Tapi sangat terjangkau.
Penjual plester itu bilang kalau pengobatan menjadi efektif kalau ditambah dengan mengkonsumsi pil khusus yang diminum satu hari sekali. Satu pil harganya Rp 10.000. Akhirnya saya beli satu pak plester dan tiga pil.
Sebelum tidur, saya mencoba memakai plester tersebut. Bulatan merah yang menjadi obat plester itu ditempelkan tepat di atas mata ikan. Seperti yang dikatakan penjual obat, saya mencoba tidak membasahi plester yang sedang digunakan. Namun, saya tidak meminum pil khusus itu. Saya takut jika ada efek ngantuk atau lainnya.
Lebih satu hari saya memakai plester itu untuk menutupi mata ikan di kaki saya. Tibalah waktunya saya membuka plester itu. Selain sudah lebih satu hari, plester itu sudah sangat kotor dan bercampur air genangan hujan yang menciprat dari jalan. Ketika dibuka, mata ikan saya berwarna merah darah akibat obat dari plester itu. Mata ikan saya menjadi sangat keras sekali. Namun, tidak sakit jika dipegang. Sepertinya obat itu sangat kuat menempel pada mata ikan.
Setelah itu, saya tidak memasang lagi plester ajaib itu pada kedua mata ikan di kaki saya. Lama-kelamaan, warna merah pada mata ikan mulai memudar. Anehnya, rasa nyeri yang sering saya alami sudah mulai menghilang. Ketika saya mencubit dan menggosok-gosok kedua mata ikan itu, rasanya sama sekali tidak sakit.
Beberapa hari kemudian, kulit yang terkena obat plester itu mati dan mengelupas. Sedikit demi sedikit saya tarik kulit mati itu tanpa rasa sakit. Kemudian, inti mata ikan ikut saya kelupas. Tiba-tiba, mata ikan (atau kulit mati?) itu copot. Besarnya seperempat biji kacang. Hal yang sama terjadi di mata ikan di kaki yang satunya.
Setelah itu, saya tidak begitu memperhatikan telapak kedua kaki saya yang terkena mata ikan itu. Saya pun terkejut ketika menyadari bahwa kedua mata ikan itu telah lenyap dan meninggalkan bekas lubang di telapak kaki. Kini bekas lubang itu telah menghilang dan saya bisa melakukan aktivitas dengan nyaman. Good bye mata ikan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar